Halloween Costume ideas 2015
MPS
08/01/2009 - 09/01/2009


#Iman dan Ihtisab (Beriman dan Mengharap Pahala)

Puasa merupakan ibadah yang istimewa di sisi Allah SWT, bahkan dalam hadits qudsi dijelaskan bahwa ibadah puasa itu hanya untuk Allah SWT dan Dia sendiri yang akan membalasnya; janji keampunan bagi sesiapa sahaja yang melaksanakan puasa dengan imanan wahtisaban (iman yang disertai niat ikhlas) teramatlah banyak.

Maksudnya, setiap individu perlu melandasi dirinya dengan beriman dan berharap atau memohon pahala dari Allah SWT dan ridha-Nya dalam melaksanakan aktiviti Ramadhan.

Perintah puasa adalah perintah yang istimewa. Allah SWT ketika mengawali perintah-Nya berkenaan puasa menggunakan ungkapan “ya Ayyuhalladzina amanu”, seperti firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah:183)


Dan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, setiap kali Allah SWT menyebutkan perintah tentang kewajiban (baik perintah atau larangan) secara khusus, pasti dengan mendahulukan kata “Iman” sementara jika berkaitan dengan perintah ibadah secara umum lebih mendahulukan kata “An-Naas”. Kerana kata iman menggambarkan kesediaan seorang hamba untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan tersebut, sekalipun perintah tersebut berat dan memerlukan pengorbanan tenaga dan harta; seperti puasa, shalat, zakat dan haji. Namun, jika kewajiban itu dalam bentuk umum seperti perintah beribadah kepada Allah SWT, dan untuk menjelaskan bahwa tugas utama wujud manusia di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan tunduk kepada-Nya, maka seringkali dimulai dengan seruan “ya ayyuhannaas”. Seperti firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah:21)


Dan firman Allah SWT:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Ad-dzariyat:56)


Oleh sebab itu,setiap orang beriman perlu melandasi setiap langkah dan aktivitinya dengan iman dan ihtisab, sebab dengan kedua perkara tersebut nescaya segala langkah dan aktiviti serta ibadahnya akan diterima dan mendapat pahala dari Allah SWT serta ganjaran yang berlipat ganda, dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menyebutkan bahwa segala perbuatan yang dilandasi iman maka akan diterima oleh Allah SWT dan diberi ganjaran yang lebih baik. Sementara itu, segala perbuatan yang tidak dilandasi dengan iman maka tidak akan bermanfaat di sisi Allah SWT sebaik apapun dan sebesar apapun perbuatan yang dilakukannya, ibarat fatamorgana yang terlihat dari kejauhan seperti air, namun ketika di hampiri kosong melompong. Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآَنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah SWT di sisinya, lalu Allah SWT memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah SWT adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (An-Nuur:39)


Dengan iman akan memunculkan keikhlasan dalam beramal dan berbuat dan dengan ihtisab akan memunculkan penyerahan diri kepada Allah SWT atas segala perbuatan dan berharap kepada Allah SWT Maha Pemberi pahala, ganjaran dan ridha untuk memberikan balasan yang setimpal dan berlipat ganda. Sebagaimana pula dengan iman sekecil apapun perbuatannya akan menjadi besar di hadapan Allah SWT dan yakin bahwa Allah SWT akan melipat gandakan segala perbuatannya, apalagi puasa yang merupakan amal yang tidak dapat diketahui oleh siapa pun kecuali dirinya dan Allah SWT, oleh sebab itu Allah SWT memberikan ganjaran khusus kepada orang yang melaksanakan ibadah puasa karena iman dan ihtisab.

Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه

“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan berhadap ganjaran dari Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun alaih)


Dalam hadits lain disebutkan:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang melakukan qiyam pada lailatul qadar, dengan penuh iman dan ikhlas maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu..” (Bukhari)


مَنْ اعْتَكَفَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang beritikaf karena iman dan ikhlas, maka di ampunilah segala dosanya yang telah lalu.” (Ad-Dailamy)


Puasa di bulan Ramadhan merupakan ibadah wajib bagi umat Islam. Puasa juga sebagai medan untuk Takhalli, Tahalli, dan Tajalli bagi orang-orang yang berjalan menuju kepada-Nya.

Dalam bulan Ramadhan banyak umat Islam melaksanakan amalan dan ibadah; seperti puasa, shalat tarawih, tadarus, bahkan ada pula yang menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan mendirikan shalat malam yang diiringi dengan dzikir dan i’tikaf. Kemudian di siang harinya melaksanakan ibadah puasa dengan menahan makan, minum dan jimak.

Bahkan tidak sedikit pula orang yang mengambil kesempatan pada bulan Ramadhan untuk melaksanakan pelbagai kegiatan ibadah ritual maupun sosial, kerana didasarkan kepada beberapa firman Allah SWT dan Hadits yang popular tentang keistimewaan bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan juga merupakan bulan yang penuh dengan Rahmat, ampunan (maghfirah) dan jaminan seorang hamba terlepas dari siksa neraka, bahkan dilengkapi pula pada sepuluh akhir Ramadhan dengan lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih istimewa dari seribu bulan. Di dalam salah satu hadits dijelaskan tentang anjuran untuk mengisi kegiatan bulan Ramadhan, antara lain: menghidupkan malam-malam Ramadhan, puasa dan sedekah. Daripada tiga perkara ini, berkembang dan bersemaraknya kegiatan-kegiatan ibadah di bulan Ramadhan.

Kegiatan mengisi aktiviti pada malam-malam Ramadhan boleh dilakukan dengan mendirikan shalat tarawih berjamaah, tadarus, solatul lail (solat malam), zikir dan itikaf. Namun yang perlu diingatkan di sini adalah untuk menghidupkan bulan Ramadhan dengan iman dan ihtisab kepada Allah SWT sebagai landasan agar diterima segala amal ibadahnya dan diberikan pahala yang setimpal dari ibadah dan amal yang dilakukannya.

1 September 2009
12.35 pagi
Kg Changkat Tengah,

Kuselak helaian
dedaun nan tipis
sehelai demi sehelai

bertebaran, berselerak
aku tak sanggup
walau kucoba selak
aku tak mampu

aku kata aku tak upaya, aku rayu- melutut; macam orang tak malu minta sedekah
aku kata aku tak larat, aku merengek- terlentang; macam orang nazak

aku tak tahu
aku siapa?

Tak semena-mena kudengar pintuku diketuk
Siapa? Kujenguk dari tepi jendela
Tak nampak kecuali bayang-bayang
Perlahan
Kuselak daun pintu
Terbuka
Aku nampak!

Aku nampak!
Si pengetuk pintu itu
Macam orang yang dah lama kukenal
Tapi aku tak kenal dia

Siapa engkau si pengetuk pintu rumahku?
Ku jerit; ku tanya; ku marah

Si pengetuk pintu mulakan bicara
Dengan satu frasa, aku terdiam seribu bahasa
Aku adalah Kau....


26 Ogos 2009
12.10 malam
Kampung Pinang, Kamunting

Di antara tubuh-tubuh
yang nyenyak di lantai
Kaubangun melangkah ke pintu
dan membukanya perlahan

katakau:-
akan ada seseorang
hadir di anak tangga
membimbing kaukeluar halaman
bersalaman dengan orang-orang tua bertangan dingin
menyertai rombongan dinihari
ke suatu padang luas
penuh cahaya

tapi siapakah yang telah datang
kalau bukan dirimu sendiri
yang kini menutup pintu perlahan
lalu rebah luluh dan terlentang
dalam senyap
di antara tubuh-tubuh
yang nyenyak di lantai




26 Ogos 2009
11.37 malam
Kampung Pinang, Kamunting

Musim panas kembali lagi
Mata menyaksi
renung dan tidak bercahaya
Hatiku menguasai nafas
dan menggelincir ke kesepian

cuba kusisih dari rinduku
hanya
mimpi dan ilusi
kegusaran dalam jiwaku
masih di situ

kaedah negeri jauh
hanya mengagihkan kelumpuhan
--tidak kebebasan dalaman



26 Ogos 2009
11.24 malam
Kampung Pinang, Kamunting

Ketahuilah sesungguhnya dunia ini seperti
rumah tumpangan, berehat pada waktu
malam dan berpindah pada waktu pagi

Sesungguhnya dunia ini fana, dunia ini tidak kekal
Sesungguhnya dunia ini ibarat sarang
yang ditenun labah-labah

Yang Maha Besar
Aku hairan kepada orang mencari dunia
walhal mati mencari-carinya
Aku hairan pada orang-orang
yang mempunyai mahligai
walhal kubur juga tempat bersemadinya

Dan kematian itu adalah pintu
Kematian adalah pintu bagi semua manusia masuk
Kematian adalah gelas darinya semua manusia minum
Mereka tidur semasa mereka hidup
Namun mereka berjaga apabila mereka mati


Rujukan: tulisan-tulisan pada batu nisan kubur lama


26 Ogos 2009
11.04 malam
Kampung Pinang, Kamunting

Maha Suci Allah yang telah menegur Kekasihnya, Nabi sallalLahu ‘alaihi wa sallam bilamana Baginda memalingkan wajahnya dari Ibnu Maktum yang buta dan tua. Maha Suci Alah yang telah menegur isteri Nabi tatkala mereka membisikkan amanah Nabi.

Ayat-ayat teguran itu termaktub dalam Kitab Suci al-Quran yang sehingga kini dibaca orang.

Mengapa kita perlu malu mengakui kesilapan?

Nabi dan keluarganya yang suci itu tidak menyembunyikan kesilapan. Kesilapan membawa kebaikan sebagai iktibar buat ummatnya.

Kesilapan adalah fitrah kerana di sana ada namaNya;- ‘al-Ghafur’ (Yang Maha Pengampun)

Tidak mahu mengaku kesilapan adalah menganggap dirinya sempurna dan itu merupakan suatu kesombongan.

“sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong takbur dan membangga-banggakan diri...” (an-Nisa`: 36)

Iblis tak mahu mengakui kesilapannya apabila ditegur oleh Allah, maka ia terus melakukan kesilapan demi kesilapan.

Rendahkanlah dirimu kepada Allah dengan memperbanyakkan taubat dan akui diri banyak melakukan kesilapan. Kesilapan tidak akan menghancurkan kehidupan.

Jika kita melakukan kesilapan, katakana “ya”. Akui kesilapan dan berjanji tidak akan mengulanginya. Beri peluang kepada diri, tapi bukan dengan terus angkuh dan menutup kesilapan diri dengan pelbagai helah.

Kesilapan adaah ubat dariNya untuk menembuhkan penyakit takabbur, riya`, cintakan dunia dan kemahsyuran dan sebagainya.

Para kekasih Allah lebih rela dicerca daripada dipuja. Mereka tahu pandangan hakiki itu bukan pandangan manusia, tapi pandangannya Allah. Mereka bukan cinta sanjungan manusia, hanya cinta Allah yang dicari.

Jangan rasa maruah telah jatuh apabila mengakui kesilapan.

Sebenarnya maruah dirimu lebih berharga apabila kau bangun berterus terang mengakui kesilapan, bangun dengan menyapu segala debu sama ada yang di hadapan ataupun yang dibelakang.

Orang yang tak pernah jatuh tidak akan tahu ada debu di belakangnya, kerana ia hanya melihat di hadapan. Ramai para kekasih Allah adalah mereka yang bangun dari lumpur kesilapan.


Awaslah, tenggelam dalam kepujian dan sanjungan amat berbahaya kepada hati.
Sang monyet jatuh dari pohon yang tinggi kerana terlena dengan angin yang lembut.

Hati yang tidak benar-benar tenggelam dengan Allah akan binasa. Makin subur sifat takabbur, riya`, cintakan pengikut, munafik dengan sifat sebenar dan terbuka luas pintu duniawi yang menyeretmu kepada kelalaian. Ia akan terlena dengan pujian, merasa dirnya sudah sempurna, tidak boleh ditegur, malah lebih bahaya lagi ia merasa aman dari mrka Allah.

Ketahuilah, bahawa kesilapan itu adalah ubat

Ketahuilah, terus melakukan kesilapan adalah racun

Ketahuilah, tidak mahu mengakui kesilapan adalah kemusnahan!


Jadikanlah kesilapanmu sebagai anak tangga kepada kebaikan. Jadikanlah ia sebagai pedoman bagi orang lain. Hanya kepada Allah berhak kita malu dan bergantung.

Jika Dia mahukan kemulian kepada seseorang, tiada siapa yang mampu menjatuhkannya.

Jika Dia mahu menghinakan seseorang, tiada siapa yang dapat menolongnya.

Sesungguhnya, Allah amat suka kepada suara yang merintih mohon keampunan.

Sesungguhnya, Allah amat mencintai hambanya yang berjalan di atas muka bumi dalam keadaan merendah diri.

“dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong, kerana sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembusi bumi, dan engkau tidak akan dapat menyamai setinggi gunung-ganang..” (al-Isra`: 37)



26 Ogos 2009
10.33 pagi
Kampung Pinang, Kamunting


;-Sambungan daripada ‘Mengesat mata di Lengan (3)’


---------------------

“Dia bukan anak yang kulahirkan, kalau kalian berdua nak tahu. Walau bagaimanapun, dia tetap aku belai.. tetap mendapat sentuhan ibu mithali sejati daripadaku,” Anjing bersuara.

“ah.. berbelit-belit bicara kamu berdua! Cuba ceritakan dengan lebih jelas, mudahlah kami nak faham,” bentak Si Manja. Sebenarnya, Si Manja terkesima dengan apa yang ada di depan matanya. Dia terkebil-kebil. Sesekali ditenyeh-tenyeh matanya.

Anjing mula bercerita,

“ Lima bulan lalu, di timbunan sampah domestik ini, sewaktu aku sedang mencari-cari apa yang dinamakan rezeki, aku terdengar suara.. suara sayup anak kucing mengiau. Di celah-celah timbunan sampah domestik ini, dia kutemui dalam kondisi yang sungguh daif. Tubuhnya kurus melidi, hampir kelihatan urat-uratnya yang hijau itu. Bulu-bulu hampir lenyap daripada kulitnya...’

Anjing berhenti bercerita buat seketika. Ditelannya air liur, ditarik nafas sedalamnya. Si Manja khusyuk mendengar cerita Anjing... mulutnya terlopong.
Lalu, Anjing menyambung,

“... Aku Nampak dia menggigil; kesejukan. Keadannya dewasa itu, cukup meruntun ‘naluri keibuan’ku. Semenjak hari itu, akulah ibunya dan dia anakku. Seluruh jiran tetanggaku juga telah menerima dia, sebagai anakku.”

“Hebat sungguh kisah kamu berdua, Kucing dan Anjing. Kamu berdua sangat bertuah. Rupanya dalam masyarakatmu kasih sayang begitu terpelihara,” respon Si Manja.. segera!

“itu sudah tentu. Kasih sayanglah yang telah menemukan aku dengan ibuku ini. Dengan kasih sayanglah juga aku dapat meneruskan hidup dengan lebih bermakna. Apa bezanya dengan masyarakatmu? Dengan beberapa keistmewaan pada bangsamu sudah tentu kasih sayang dalam masyarakatmu istimewa,” Kucing pula berbicara.

“Anggapan kau salah. Dalam masyarakat kami, yang kau kata kasih sayang ang istimewa dah tak penting lagi. Semuanya sudah musnah ditelan televisyen, internet, video, nyanyian, HIBURAN.. HIBURAN... dunia, nafsu dan syahwat.. semuanya musibah kepada kami,” Si Manja menyanggah Kucing.

Bayi Mulus lantas mengiyakan kata Si Manja,
“Betul tu. Kamu berdua lihatlah saja nasib kami berdua. Jadi mangsa penderaan dan mangsa pembuangan bayi. Itulah tandanya mereka sudah tak kenal erti kasih sayang.”

“Bawalah kami bersama kamu, Anjing dan Kucing. Bawalah kami bersama dalam masyarakatmu,” pujuk Bayi Mulus terhadap Anjing dan Kucing.

“ha..ah.. bawalah kami bersama kamu berdua. Tentu kau tak akan lokek untuk memberikan kasih sayang kepada kami,” Si Manja menjelaskan hasrat Bayi Mulus; yang juga menjadi hasratnya.


Hasrat yang sebenarnya fitrah insan.

‘Kasih sayang’.


“oh, mana boleh! Mana boleh begitu. Engkau berdua tak boleh hidup dengan bangsa kami. Kalau hidup dalam masyarakat kami, sia-sialah bergelar ‘MANUSIA’!” tegas Kucing.

“Kami percaya dalam masyarakatmu perasaan kasih sayang masih ada. Lagipun dunia kita berbeza.. Selamat tinggal,” kata Anjing sambil beriringan berlalu pergi bersama anaknya, Kucing.

Anjing dan Kucing berlalu meninggalkan kedua-dua bangsa manusia yang malang ;- Budak perempuan dengan pakaian tak terurus yang bernama Si Manja itu, juga Bayi Mulus, bayi yang berselimut kain nipis, berbedak merah dan bertali di perut.
Si Manja duduk melutut. Dia melutut menghadap Bayi Mulus. Sesekali dia ‘mengesat mata di lengannya’.

“Wahai bayi yang kecil, malang sungguh nasib kita. Tak siapa pun sudi memberi kasih sayang yang kita harapkan. Kita bukan minta duit, bukan minta emas berlian, bukan minta unit saham mereka. Kita Cuma nak belaian dan kasih sayang. Itupun kedekut nak bagi,” Si Manja merintih. Esakannya semakin jelas. Bayi Mulus; bayi yang berselimut kain nipis, berbedak merah dan bertali di perut itu mula sebek.

“Assalamualaikum anak-anak,”

Siapa tu?


“waalaikumussalam, siapa mak cik ni?” tanya Si Manja. Bayi Mulus pun tertanya-tanya.

“orang panggil mak cik ‘Ibu’. Ibu hairan melihat kamu berdua di tempat begini. Sebentar tadi, Ibu dah dengar segala cerita kamu.” Mak cik yang dikenal orang dengan ‘Ibu’ memulakan bicara lanjutnya.

“jadi, mak cik... eh... Ibu nak buat apa pada kami?” tanya Bayi Mulus.


“Ibu telah kehilangan satu-satunya anak Ibu; sememangnya sangat Ibu sayang. Lima bulan dia menderita di katil hospital, dia derita menanggung penyakit barah. Sampai ajalnya, ketemu Tuhan dua minggu yang lalu.. Inna lilLahi wa inna ilaihi raaji’uun. Sesungguhnya, kita milik Allah dan kepadaNya kita kembali.. “ Ibu tak dapat menahan sebaknya.

Ibu sebak, bergenang air mata, tak tertahan lagi seraya melimpahi takungan kelopak matanya. Ibu menambah,

“berilah peluang kepada Ibu menumpang kasih engkau berdua. Ibu janji akan menjaga dan menumpahkan kasih sayang sebagaimana yang diharapkan.”

-----------------------------

Si Manja menadah tangan ke langit. Matanya bersinar. Si Manja berdoa,

“Alhamdulillah, Maha Suci Allah. SubhanalLah, Maha Suci Allah yang menguasai hati manusia. Engkau telah menggerakkan hati Ibu ini Ya Allah! Sesungguhnya, dunia ini tidak ada penderaan dan penganiayaan selagi di hati manusia masih ada perasaan kasih sayang.”

Ibu pun memimpin tangan Si Manja; budak perempuan dengan pakaian tak terurus itu dan mendukung bayi yang berselimut kain nipis, berbedak merah dan bertali di perut yang dikenal sebagai Bayi Mulus itu. Mereka berlalu. Berlalu dari ‘kegelapan masa silam’ menuju ‘Sinar Harapan’. Si Manja ‘mengesat mata di lengannya’....


--------------------------------


Ku dedikasikan cerita pendek ini khusus kepada seorang insan, yang mana sahabatku adalah kenalannya. Telah kudengar dari sahabatku ini akan kegundahan insan ini.
“Jangan putus asa dari rahmat Allah”.

Lagi-lagi, rahmat Allah melimpah ruah dalam bulan Ramadhan ini. InsyaAllah, permintaanmu bakal dikabulkan, jika benar engkau ikhlas. Allah tak akan memungkiri janjiNya.

Sebenarnya, Allah amat menyayangimu. Wujudmu adalah tanda wujudNya.

Apakah makna kewujudanmu andai Dia membencimu? Renunglah ke dalam dirimu dengan renungan yang sedalam-dalamnya.

Sesungguhnya, pada dirimu sudah nyata akan kasih sayangNya, jika kamu memahami.
Apakah makna hidup ini jika Allah meninggalkanmu?

Dia amat manyayangimu tetapi perbuatanmu terlalu melampau. Dia jadikan hatimu satu, tetapi engkau mengisinya dengan pelbagai kecintaan.

Engkau lebih cinta pada seruan nafsu dan syaitan, bahkan engkau berpaling dari seruanNya melalui petunjuk RasulNya (sallalLahu ‘alaihi wasallam).

Jika begitu, bagaimana engkau mahu mencapai kebahagiaan?

Engkau tidak akan ketemu syurga dalam kehidupanmu di dunia, apatah lagi di akhirat nanti.

Perjalanmu menyimpang ke neraka dan engkau akan derita.

Dunia ini akan mndatangkan pelbagai masalah, bagaikan kapal yang bocor; yang mana air laut akan masuk melimpahinya sedikit demi sedikit.

Tutuplah lubang itu dengan kasih sayangNya dengan taubat Nasuha, berdiri teguh dengan akidah dan syariat serta senantiasa berzikir kepadaNya, berselawat ke atas Junjungan Besar NabiNya; insyaAllah, segala kebocoran akan tertutup.
Dia tidak akan meninggalkanmu. Dia akan senantiasa menyebutmu apabila engkau menyebutNya.

Dia tidak menciptamu untuk tujuan membencimu.

Percayalah, tiada keraguan padanya.


“Tidakkah mereka mengetahui bahawa Allah; Dia-lah yang menerima taubat hamba-hambanya?”

(at-Taubah: 104)


26 Ogos 2009
10.13 pagi
Kampung Pinang, Kamunting

;-Sambungan daripada ‘Mengesat mata di Lengan (2)’

-------------

Bayi Mulus menambah,
“...akhirnya, ibu sanggup mencampakkan darah daging sendiri.. di tempat ini, kerana benda yang bernama HIBURAN itu.”


Si Manja;- budak perempuan dengan pakaian tak terurus itu marah, geram dan benci dengan gambaran yang dia lihat tadi. Dia pejamkan mata. Dia cuba merenyuk-renyukkan gambaran tadi; yang dah tersimpan dalam memori benaknya.


Linangan jernih yang bertakung tak mampu lagi ditampung kelopak nan halus. Mengalir air jernih membasahkan pipi Si Manja yang cekung dan comot itu. Si Manja ‘mengesat matanya di lengan’ seraya meluah isi hatinya,

“Nasib kau lebih malang daripada aku. Engkau memang sengaja dibuang sedangkan aku melarikan diri kerana tidak tahan dengan deraan ibu tiriku. Aku terdampar di sini setelah tak berdaya lagi melangkah. Lagipun, mana tahu di sini ada sisa-sisa makanan yang boleh mengisi perutku yang kosong ini.”


“Agaknya perangai ibu kandung pada alaf moden ni sama sahaja macam perangai ibu tiri zaman dahulu kala, juga ibu tiri zaman ini. Kasih sayang di hati mereka dah kering. Masing-masing kejar kemewahan. Masing-masing kejar hiburan. Mereka sibuk dan sudah tiada masa untuk kita. Hidup mereka nafsu-nafsi..” jawab Bayi Mulus. Air matanya juga mengalir. Namun, dia yang masih kecil tak berdaya untuk ‘mengesat matanya di lengan’.

----------------------

Bunyi kucing mengiau silih berganti dengan bunyi salakan anjing. Budak perempuan dengan pakaian tak terurus itu yang namanya Si Manja itu berjalan mundar-mandir sambil mencari-cari arah datangnya bunyi.
Kelihatan anjing dan kucing berjalan seiringan. Seiringan?

“Eh, bermimpikah aku? Apakah aku ini bermimpi? Apakah benar apa yang ada di hadapanku?” Si Manja seperti tak percaya dengan apa yang sedang dia perhatikan. Hairan Bin Pelik Bin Ajaib!

“apa maksud kau budak perempuan? Bukankah tempat ni selalu dikunjungi oleh anjing dan kucing? Apa yang kau hairankan?” sampuk Bayi Mulus.

“betul kata kau tu.. tapi cuba kaulihat keadaan mereka. Sudah berabad lamanya mereka bermusuhan. Sehingga datuk nenek moyang bangsa kita mencipta perumpaan ‘Macam anjing dengan kucing’” Si Manja masih kehairanan. Hairan Bin Pelik Bin Ajaib!

-------------

“Cis, kamu berdua ni prejudis, selalu suka berprasangka buruk! Dia ini ibuku!” sentak Kucing seraya memuncungkan mulutnya ke arah anjing;- sebagai penegasan: anjing itu ibunya!

“ha, ha, ha! Kelakar bunyi kenyataanmu itu. Setahu aku bangsamu sama sahaja dengan bangsaku; melahirkan anak yang seiras dengan ibunya.. tapi kamu berdua ganjil sengguh. Ha,ha, ha!..” ketawa kehairan Si Manja memecah kesunyian senja itu.


(bersambung ..... - Mengesat mata di Lengan (4))



25 Ogos 2009
7.05 malam
Kampung Pinang, Kamunting

;-Sambungan daripada ‘Mengesat mata di Lengan (1)’

------------

‘Hati kecil’ Si Manja bertanya, “Engkaukah yang menangis tu, duhai bayi?”


Dengan tidak semena-mena...

“Ya, aku menangis kerana lapar.. aku sejuk... aku takut..” , Bayi Mulus;- Bayi yang berselimut kain nipis, berbedak merah, bertali di perut: menjawab kata ‘hati kecil’ Si Manja.


“Kau tak boleh berjalan lagi. Macam mana boleh sampai sini?” Si Manja kehairanan.


“Kira-kira suku jam tadi ibuku meninggalkan aku di sini,” jawab Bayi Mulus dengan nada penuh rasa sedih, nada orang yang masih belum mengerti apa-apa melainkan erti belaian kasih sayang orang yang melahirkannya.


“maksud kau... ibu kandung kau pun tak sayangkan engkau?” tanya Si Manja yang sudah lama kehilangan ibu kandung yang dia sangat sayangi.


Si Manja sudah lama kehilangan ibu kandungnya – ibu yang sangat menyayanginya, ibu yang memakaikannya baju dan menyisir rapi rambutnya setiap pagi. Ibu yang menyuapkan mulutnya dengan makanan, yang ‘menepuksayang’ dan mendodoikannya setiap malam. Ibu yang banyak jasanya... ibu selalu buat itu.. ibu selalu buat ini... ibu buat macam-macam, semuanya untuk Si Manja.

Bergenang air jernih dalam takungan kelopak matanya Si Manja; teringat akan orang yang paling dia sayang, yang telah pergi meninggalkannya. Perginya ibu, Si Manja yang selalu manja jadi ‘si muram durja’, ‘si gundah gulana’, ‘si masam cuka’.

Si Manja ada ibu baharu, tapi ibu tiri. Macam dalam drama Melayu dahulu kala, juga dalam sinetron orang Indonesia; ibu tiri yang garang tak bertempat. Suka pukul Si Manja. Si Manja tak buat salah apa-apa pun. Suka marah-marah. Tapi depan Abah, dia buat-buat baik dengan Si Manja, buat-buat sayang Si Manja. Bila Abah tak ada di rumah, dia marah Si Manja, dia pukul Si Manja. Tengoklah kaki Si Manja yang berbirat ni...badan Si Manja yang kurus kering kerana tak diberi makan ni. Hakikatnya, ibu tiri tak sayang Si Manja, dia benci dengan kewujudan Si Manja.


“maksud kau... ibu kandung kau pun tak sayangkan engkau?” Si Manja mengulangi pertanyaannya kepada Bayi Mulus.


“Entahlah, aku pun tak tahu. Tapi setahu aku, ibu aku masih belajar.. di tempat yang namanya Menara Gading, Menara Gading tu tak jauh dari tempat ni. Dia malu kalau ada ahli keluarga, cikgu, kawan-kawan dia tahu akan kelahiran aku,” jawaban Bayi Mulus yang cukup meningkatkan tahapan kehairanan Si Manja. Bayi Mulus masih lagi dengan reaksinya yang tidak mengerti (blur).


“Hairan sungguh aku! Bagaimana semua tu boleh berlaku?” Si Manja kehairanan. Hairan yang tersangat. Hairan Bin Ajaib.


Bayi Mulus membalas,

“Gambaran yang terprojeksi tadi, yang kau lihat orang-orang ketawa dan bergembira, berpeluk dan bercium, menari dan berdansa ... yang kata kuncinya HIBURAN. Ya, itulah punca segala-galanya. Ibuku terjerumus ke Lembah Hina Dina, tempat berkumpul segala macam HIBURAN DUNIAWI; lembah yang dimiliki oleh Tuan Besar Nafsu Amarah Bi AsSuu`. Tuan Besar Nafsu Amarah Bi AsSuu` ada seorang anak yang tampan dan gagah, namanya ‘Tuan Muda Syahwat’. Tuan Besar dan Tuan Muda ada seorang personal assistant (PA). Tak tahu apa nama sebenarnya. Cuma orang panggil dia Syeikh... hmmm... Syeikh Tan, Syeikh Tan. Ya, Syeikh Tan.. Syeikh Tan ni la yang menyelenggara Lembah Hina Dina ni...”


Bayi Mulus menyambung lagi,

“...... Ibuku jatuh terjelepok, tak mampu berdiri lagi, walau dia cuba memanjat keluar dari Lembah Hina Dina. Ada orang yang cuba memanjat ibu. ‘Orang Itu’ yang ibu sayang, buah hati ulam jantung ibu. ‘Orang Itu’ dah panjat ibu, ibu pun panjat ‘Orang Itu’ balik... Mereka berdua berbalas panjat. Ibu tak mampu keluar lagi dari Lembah Hina Dina masa tu...”



(bersambung ..... - Mengesat mata di Lengan (3))



25 Ogos 2009
4.37 petang
Kampung Pinang, Kamunting

Senja itu,

jiwa meruntun..

sayu... sedih.. pilu..


Budak perempuan dengan pakaian tak terurus - duduk sambil memeluk lutut. Tersedu-sedu dia menangis. Kadang, dia terkedu. Dia ‘mengesat matanya di lengan’.


Si kecil itu
mangsa dera yang terbiar
mimpi manisnya musnah
siang malamnya berlalu
dalam duri-duri bisa
peritnya
sebuah derita
entah bila kan berhenti

Si Manja; budak perempuan dengan pakaian tak terurus itu – bangun dari tempat duduknya. Ditolehnya ke kiri dan ke kanan, lalu ditekupnya tangan ke telinga. Dia menjerit. Jeritan memberontak. Jeritan tanpa suara.

‘Hati kecil’nya meronta, seolah-olah berkata;

“memang dunia ini penuh dengan kezaliman. Orang-orang yang lemah seperti tiada tempat lagi dalam dunia ni. Dunia penuh dengan orang jahat dan zalim. Aku benci! Aku benci!”

--------
“memang dunia ini penuh dengan kejahatan, kepura-puraan dan kezaliman. Tapi kau jangan lekas putus asa. Kau masih mampu lupakan semua kesusahan itu kalau kau mahu. Kau boleh ketawa dan riang macam orang lain.” Tiba-tiba kedengaran suara entah dari mana, seakan-akan menjawab kata-kata ‘hati kecil’ Si Manja; budak perempuan dengan pakaian tak terurus itu.

“siapa kau?” jerit Si Manja. Dia terkejut, takut, seriau. Perasaannya bercampur baur. Tak keruan. Dia menoleh kiri dan kanan.. Dia ‘mengesat matanya di lengan’.

Suasana sunyi seketika... angin ‘senja’ bertiup. Senja? Suara siapa?
“Jangan kau tanya siapa aku... aku cuma mau membantu,” balas suara misteri itu.

Si Manja tak berpuas hati dengan jawaban suara misteri, “Ibu tiriku sendiri tidak pernah mau menolongku, inikan pula kau yang tidak ku kenal. Kaulihat saja calar-balar di kakiku ini. Lihatlah tubuhku yang kurus kerana tak diberi makan.”

------------

Dalam suasana gelita, tiba-tiba terprojeksi wajah-wajah orang yang gembira, mereka menari dan ketawa, bercampur lelaki dan perempuan, berpelukan, berciuman; terhoyong-hayang, mabuk.. mabuk dengan nikmat duniawi. HIBURAN! Ya, itu kata kuncinya.

“kau lihat tu. Dengan HIBURAN itu seribu kegembiraan akan kau rasai. Nikmat macam mana yang kau mahu? Kegembiraan yang bagaimana kau idamkan? Cakap saja. Kalau kau setuju, kau boleh ikut aku. Ikut aku sekarang!” , pujuk suara misteri terhadap Si Manja.

-------------
Bujuk rayu itu langsung ditenggelami suara tangisan bayi. Bayi menangis?


Si Manja dengar. Diamatinya arah suara tangisan bayi itu.

“Haa! Jumpa” , terus Si Manja menuju ke tepi tong tempat pembuangan sampah domestik yang bertimbun isinya. Terbaring bayi yang berselimut tuala nipis; wajah mulusnya pucat lesi. Bayi ini pakai bedak, tapi bedaknya warna merah. Ada sesuatu di perutnya. Panjang macam tali...



(bersambung ..... - Mengesat mata di Lengan (2))


25 Ogos 2009
1.13 pagi
Kampung Pinang, Kamunting

“hari ini kami tutup mulut-mult mereka dan berkata-katalah tangan-tangan mereka dan menyaksikan akan kaki-kaki mereka akan apa yang telah kamu perbuatkan (ketika di dunia)”
(surah Yasiin: 65)


Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita

Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping

Apabila terpelihara lidah
Nescaya dapat daripadanya faedah

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan

Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi`il yang tidak senonoh

Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan membawa rugi


24 Ogos 2009
6.31 petang
Kampung Pinang, Kamunting



Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita

Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping

Apabila terpelihara lidah
Nescaya dapat daripadanya faedah

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan

Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi`il yang tidak senonoh

Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan membawa rugi



24 Ogos 2009
6.31 petang
Kampung Pinang, Kamunting

Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan yang ssia-sia

Jika hendak mengenal orang yang mulia
Lihatlah kepada kelakuan dia

Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiada jemu

Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal

Jika hendak mengenal orang yang baik
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai



Rujukan : Gurindam Dua Belas (karya Raja Ali Haji)


24 Ogos 2009
6.27 petang
Kampung Pinang, Kamunting


Kemudian daripada demikian itu
Dimulakan syair wasiat suatu
Menyatakan tempat syaitan dan hantu
Masuknya daripada beberapa pintu


Tempat syaitan dan hantu (baris ketiga: Menyatakan tempat syaitan dan hantu)
ialah ‘qalb’ iaitu hati manusia.

Ada beberapa pintu yang dapat ditembusi oleh syaitan dan hantu (Baris keempat: Masuknya daripada beberapa pintu) iaitu melalui:

1. Loba (tamak)
2. Panjang angan-angan
3. Sangat menuntut ni’mat dunia
4. ‘ujub (takjub dengan diri sendiri)
5. Takbur (membesar-besar akan perihal diri)
6. Meringan-ringan sesama Islam
7. Hasad (dengki)
8. Riya` (memperlihatkan kelebihan diri)
9. Bakhil (sangat kedekut)
10. Syamatatah (suka orang lain kena bala)
11. Ghadab (pemarah)
12. Su`ul-zhan (bersangka buruk)
13. Israf (berlebih-lebihan)
14. Sum-‘ah (memperdengarkan perihal diri)


Maka, adalah terlebih baik pada kesempatan bulan Ramadhan yang mulia dan penuh barakah ini diambil peluang ‘menutupkunci’kan pintu-pintu tempat masuk hantu dan syaitan ini. Sesungguhnya, Allah tidak akan mensia-siakan hamba-hambaNya. Allahu arRahman arRahim.


Rujukan :
1. Syair Pintu Hantu karya Raja Haji Muhammad Tahir Ibn al-Marhum Raja Haji Abdullah Mursyid
2. Syair Siti Sianah karya Raja Ali Haji


24 Ogos 2009
4.25 petang
Kampung Pinang, Kamunting

Wahai Tuhanku
aku cuba mencintaiMu
tapi tak terasa juga
aku cuba berkali-kali
pun tak terasa apa-apa
aku fikir-fikir segala ni’mat
aku kenang-kenang segala rahmat
aku Nampak kemurahanMu
atas nama Tuhan aku akur...

Namun aku belum jatuh hati juga padaMu
aku susah hati
aku selalu sedih
mengapa terjadi begitu?
mengapa cintaku padaMu belum berbunga lagi?
sedang aku tahu
aku akui nikmatMu terlalu banyak padaku
jika hendak dihitung, tak mungkin terhitung

Aku iri hati selalu
cerita dan berita orang soleh zaman dahulu
hebatnya cinta mereka kepadaMu
hilang selera makan keranaMu
asyik memuja dan memujiMu
mensuci dan membesarkanMu
terutama di waktu malam yang sepi
di waktu orang mimpi
mereka merintih kepadaMu

mengharap kasih sayangMu
air mata mereka membasahi pipi
merasa Engkau adalah segala-galanya

Engkau adalah jantung hati mereka
tapi aku tidak begitu
aduh! kerasnya hatiku
hingga kini aku belumboleh mencintai kekasih agungku
baru aku sedar taufiq, hidayah dan inayahMu

Bahagia dan bertuahlah mereka yang
dikurniakan kecintaan kepadaMu
aku bila lagikah Tuhan?
dapat sedikit pun jadilah

Namun...
aku tidak akan putus asa
akan ku cuba lagi selagi ada nyawa walau
di hujung nafas yang bakal tiba...


Tuan Guru Haji Ibrahim Mohamad Pulau Manis


24 Ogos 2009
3.42 petang
Kampung Pinang, Kamunting

Apabila manusia memujimu atau mengangkat martabatmu atau memakaikanmu dengan sesuatu gelar yang baik atau meletakkan suatu pertanggungjawaban ke atasmu dengan perasaan dan sangkaan yang baik-baik padamu ;

Sesungguhnya, mereka (manusia) itu pada hakikatnya dihijab oleh Allah daripada melihat pada dirimu akan ke’aibanmu, kecacatanmu, kecelaanmu, kejelikan yang pernah engkau perbuatkan, kesalahan yang pernah engkau kerjakan, dosamu yang bertimbun;-

;- yang jikalau dilihat orang akan apa yang telah engkau perbuatkan selama ini, pasti tidak akan keluar daripada mulut mereka itu sebarang bentuk pujian, tidak akan mereka itu mengangkatmu dan memakaikanmu dengan gelaran kebaikan, tidak akan mereka itu rela meletakkan suatu taklifan ke atasmu; melainkan engkau akan menjadi buah mulut manusia yang memperkatakan tentang aib dan dosamu.

Maka, apakah ertinya pujian dan sangkaan baik manusia terhadapmu itu?


Ertinya, Allah sangat menyayagi dirimu.

Ertinya, Allah tidak mahu dirimu dibenci oleh makhluknya yang lain.

Ertinya, Allah memberi kesempatan kepadamu untuk kembali ke pangkuanNya.

Ertinya, Inilah Isyarat dari Allah; menyuruh engkau Insaf dan bertaubat daripada dosa dan kesalahan yang telah engkau lakukan.

Ertinya, Allah mengurniakanmu ubat-ubatan yang khusus untuk dirimu; hanya Allah dan dirimu sahaja yang mengetahui akan penyakitmu (dosa dan kejelikan dirimu). Ubat itu adalah hijab yang menutupi kejelikanmu. Taubat adalah tanda-tanda kesembuhan daripada ubat yang engkau makan.

Bertaubatlah!!!


Rendahkanlah dirimu kepada Allah dengan memperbanyakkan taubat dan akui diri banyak melakukan kesilapan. Kesilapan tidak akan menghancurkan kehidupan.

“Tidakkah mereka mengetahui bahawa Allah; Dia-lah yang menerima taubat hamba-hambanya?”
(at-Taubah: 104)



24 Ogos 2009
1.30 tengah hari
Kampung Pinang, Kamunting

“wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan ke atas kalian berpuasa sebagaimana diiwajibkan ke atas orang terdahulu daripada kalian, supaya kalian bertaqwa. “(183)

“Puasa yang diwajibkan itu adalah beberapa hari yang tertentu; maka sesiapa di antara kamu yang sakit atau dalam musafir (bolehlah mereka berbuka), kemudian wajiblah dia berpuasa sebanyak (hari yang dia berbuka) itu pada hari-hari yang lain; dan wajib atas orang-orang yang tidak berdaya untuk berpuasa (kerana tua dan sebagainya) untuk membayar fidyah; iaitu memberi makan orang miskin. Maka, sesiapa yang sukarela memberikan (bayaran fidyah) lebih dari yang ditentukan, maka itu adalah suatu kebaikan baginya. (walaupun demikian) Puasa itu lebih baik (daripada membayar fidyah), Jika kamu ketahuinya.” (184)

(al-Baqarah: 183-184)



24 Ogos 2009
1.06 petang
Kampung Pinang, Kamunting

Allah tidak menolong kaum yang fasiq. Apakah makna hidup ini jika Allah meninggalkanmu?

Dia amat manyayangimu tetapi perbuatanmu terlalu melampau. Dia jadikan hatimu satu, tetapi engkau mengisinya dengan pelbagai kecintaan.

Engkau lebih cinta pada seruan nafsu dan syaitan, bahkan engkau berpaling dari seruanNya melalui petunjuk RasulNya (sallalLahu ‘alaihi wasallam).

Jika begitu, bagaimana engkau mahu mencapai kebahagiaan?

Engkau tidak akan ketemu syurga dalam kehidupanmu di dunia, apatah lagi di akhirat nanti.

Perjalanmu menyimpang ke neraka dan engkau akan derita.

Dunia ini akan mndatangkan pelbagai masalah, bagaikan kapal yang bocor; yang mana air laut akan masuk melimpahinya sedikit demi sedikit.

Tutuplah lubang itu dengan kasih sayangNya dengan taubat Nasuha, berdiri teguh dengan akidah dan syariat serta senantiasa berzikir kepadaNya, berselawat ke atas Junjungan Besar NabiNya; insyaAllah, segala kebocoran akan tertutup.

Dia tidak akan meninggalkanmu. Dia akan senantiasa menyebutmu apabila engkau menyebutNya.

Dia tidak menciptamu untuk tujuan membencimu.
Percayalah, tiada keraguan padanya.

“Tidakkah mereka mengetahui bahawa Allah; Dia-lah yang menerima taubat hamba-hambanya?”

(at-Taubah: 104)



24 Ogos 2009
12.50 tengah hari
Kampung Pinang, Kamunting

Allah amat menyayangimu. Wujudmu adalah tanda wujudNya.
Apakah makna kewujudanmu andai Dia membencimu? Renunglah ke dalam dirimu dengan renungan yang sedalam-dalamnya.

Sesungguhnya, pada dirimu sudah nyata akan kasih sayangNya, jika kamu memahami.
“dan juga pada diri kamu sendiri. Maka mengapa kamu tidak mahu melihat serta memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu)?”

(adz-Dzariyaat: 21)



24 Ogos 2009
12.30 tengah hari
Kampung Pinang, Kamunting

MKRdezign

{facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google-plus#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}

Borang Maklumat Hubungan

Nama

E-mel *

Mesej *

Copyright � 2011 peminggirkota. Dikuasakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget