Ingin sekali aku,
Menghunus muncung Tamingsari
Ke dadaku
Untuk kurobek dada ini,
Kusucikan ia dari selut dan lumpur
Dengan dinginnya air Zamzam
Lalu, kutuang leburan Kersani dari Samudera
Ke dalam pembuluh darahku
Agar tiap daya gerakku,
Tegap kokoh, tiada gusar, tiada gentar, melainkan kepada Hu
Buat dadaku yang terbelah ini,
Kuikat dengan tali-temali,
Yang kupintal dari kain cindai Pulau Jawa.
Aku mula berkelana,
Ke tempat yang namanya Semerah Padi,
Di atas batuan besar yang satu itu,
Aku bersila seorang,
Uzlah menyepi mencari erti.
Kini..
Aku telah pulang dari kelana,
Bawa bersama Tamingsari, Zamzam, Kersani dan Cindai,
Buat memenuhi angan dan citaku.
Jijak sahaja aku di sini
Kubakar kemenyan yang aku warisi
Milik kerajaan moyagku ‘Ali
Kuseru roh jiwa-jiwa muda
Segera jelma tegak mengadapku
Mengemudi armada merentas lautan tujuh benua.
Sudah tiba detik dan ketika
Wahai jiwa-jiwa muda yang mengadapku
Bersama menggenggam Tamingsari ini
Ayuh!
Genggam erat jemarimu dengan jemariku
Melanggar badai yang menghempas
Mencari cincin bertatah Ratna mutu Manikam.
Ayuh jiwa-jiwa yang mengadapku
Kalianlah jiwa-jiwa terpilih
Dan aku seru roh kalian
Kita tempur yang gelap dengan cahaya
Kelak sampai masa mata tak upaya buka
Roh kita melayang umpama burung-burung hijau
Menuju Taman Firdausi.
Kampung Pinang
17 september 09
3.57 petang
Catat Ulasan