oleh : Mohammad Fazril Bin Mohd Saleh


Puasa merupakan ibadah yang istimewa di sisi Allah SWT, bahkan dalam hadits qudsi dijelaskan bahwa ibadah puasa itu hanya untuk Allah SWT dan Dia sendiri yang akan membalasnya; janji keampunan bagi sesiapa sahaja yang melaksanakan puasa dengan imanan wahtisaban (iman yang disertai niat ikhlas) teramatlah banyak.

Maksudnya, setiap individu perlu melandasi dirinya dengan beriman dan berharap atau memohon pahala dari Allah SWT dan ridha-Nya dalam melaksanakan aktiviti Ramadhan.

Perintah puasa adalah perintah yang istimewa. Allah SWT ketika mengawali perintah-Nya berkenaan puasa menggunakan ungkapan “ya Ayyuhalladzina amanu”, seperti firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah:183)


Dan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, setiap kali Allah SWT menyebutkan perintah tentang kewajiban (baik perintah atau larangan) secara khusus, pasti dengan mendahulukan kata “Iman” sementara jika berkaitan dengan perintah ibadah secara umum lebih mendahulukan kata “An-Naas”. Kerana kata iman menggambarkan kesediaan seorang hamba untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan tersebut, sekalipun perintah tersebut berat dan memerlukan pengorbanan tenaga dan harta; seperti puasa, shalat, zakat dan haji. Namun, jika kewajiban itu dalam bentuk umum seperti perintah beribadah kepada Allah SWT, dan untuk menjelaskan bahwa tugas utama wujud manusia di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan tunduk kepada-Nya, maka seringkali dimulai dengan seruan “ya ayyuhannaas”. Seperti firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah:21)


Dan firman Allah SWT:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Ad-dzariyat:56)


Oleh sebab itu,setiap orang beriman perlu melandasi setiap langkah dan aktivitinya dengan iman dan ihtisab, sebab dengan kedua perkara tersebut nescaya segala langkah dan aktiviti serta ibadahnya akan diterima dan mendapat pahala dari Allah SWT serta ganjaran yang berlipat ganda, dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menyebutkan bahwa segala perbuatan yang dilandasi iman maka akan diterima oleh Allah SWT dan diberi ganjaran yang lebih baik. Sementara itu, segala perbuatan yang tidak dilandasi dengan iman maka tidak akan bermanfaat di sisi Allah SWT sebaik apapun dan sebesar apapun perbuatan yang dilakukannya, ibarat fatamorgana yang terlihat dari kejauhan seperti air, namun ketika di hampiri kosong melompong. Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآَنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah SWT di sisinya, lalu Allah SWT memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah SWT adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (An-Nuur:39)


Dengan iman akan memunculkan keikhlasan dalam beramal dan berbuat dan dengan ihtisab akan memunculkan penyerahan diri kepada Allah SWT atas segala perbuatan dan berharap kepada Allah SWT Maha Pemberi pahala, ganjaran dan ridha untuk memberikan balasan yang setimpal dan berlipat ganda. Sebagaimana pula dengan iman sekecil apapun perbuatannya akan menjadi besar di hadapan Allah SWT dan yakin bahwa Allah SWT akan melipat gandakan segala perbuatannya, apalagi puasa yang merupakan amal yang tidak dapat diketahui oleh siapa pun kecuali dirinya dan Allah SWT, oleh sebab itu Allah SWT memberikan ganjaran khusus kepada orang yang melaksanakan ibadah puasa karena iman dan ihtisab.

Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه

“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan berhadap ganjaran dari Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun alaih)


Dalam hadits lain disebutkan:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang melakukan qiyam pada lailatul qadar, dengan penuh iman dan ikhlas maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu..” (Bukhari)


مَنْ اعْتَكَفَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang beritikaf karena iman dan ikhlas, maka di ampunilah segala dosanya yang telah lalu.” (Ad-Dailamy)


Puasa di bulan Ramadhan merupakan ibadah wajib bagi umat Islam. Puasa juga sebagai medan untuk Takhalli, Tahalli, dan Tajalli bagi orang-orang yang berjalan menuju kepada-Nya.

Dalam bulan Ramadhan banyak umat Islam melaksanakan amalan dan ibadah; seperti puasa, shalat tarawih, tadarus, bahkan ada pula yang menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan mendirikan shalat malam yang diiringi dengan dzikir dan i’tikaf. Kemudian di siang harinya melaksanakan ibadah puasa dengan menahan makan, minum dan jimak.

Bahkan tidak sedikit pula orang yang mengambil kesempatan pada bulan Ramadhan untuk melaksanakan pelbagai kegiatan ibadah ritual maupun sosial, kerana didasarkan kepada beberapa firman Allah SWT dan Hadits yang popular tentang keistimewaan bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan juga merupakan bulan yang penuh dengan Rahmat, ampunan (maghfirah) dan jaminan seorang hamba terlepas dari siksa neraka, bahkan dilengkapi pula pada sepuluh akhir Ramadhan dengan lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih istimewa dari seribu bulan. Di dalam salah satu hadits dijelaskan tentang anjuran untuk mengisi kegiatan bulan Ramadhan, antara lain: menghidupkan malam-malam Ramadhan, puasa dan sedekah. Daripada tiga perkara ini, berkembang dan bersemaraknya kegiatan-kegiatan ibadah di bulan Ramadhan.

Kegiatan mengisi aktiviti pada malam-malam Ramadhan boleh dilakukan dengan mendirikan shalat tarawih berjamaah, tadarus, solatul lail (solat malam), zikir dan itikaf. Namun yang perlu diingatkan di sini adalah untuk menghidupkan bulan Ramadhan dengan iman dan ihtisab kepada Allah SWT sebagai landasan agar diterima segala amal ibadahnya dan diberikan pahala yang setimpal dari ibadah dan amal yang dilakukannya.